Selasa, 16 Oktober 2012

Resensi Novel


Menguak Tabir Masa Lalu Mama
Oleh : Defa Miftara Agustine (XI IPA 4/10)



Judul Buku       : So B. It (Biarkan Berlalu)
Pengarang        : Sarah Weeks
Penerbit           : PT Gramedia Pustaka Utama, Jakarta                                       
Cetakan           : I, 2010
Tebal (ukuran)  : 208 halaman (20 x 13,5 cm)
Harga Buku     : Rp 25.500,00

Novel So B. It merupakan novel TeenLit terjemahan karangan Sarah Weeks kemudian dialihbahasakan oleh Maria Intan R. dengan judul Biarkan Berlalu. Novel ini menceritakan tentang perjalanan hidup seorang gadis berusia 12 tahun bernama Heidi yang dengan tekadnya yang gigih mencari jati dirinya sendiri. Sejak kecil, Ia hanya tinggal bersama sang Mama (So B. It) dan tetangganya (Bernadette)-yang mengidap agora phobia atau A.P, yaitu perasaan takut meninggalkan rumah. Ia tidak tahu asal usulnya dan siapa ayahnya. Mamanya sendiri mengidap kelainan mental dan hanya mengenal 23 kata. Apartemen Heidi dan Mamanya bersebelahan dengan apartemen Bernie-sapaan akrab Bernadette.
Dengan menggunakan alur flashback, pengarang menceritakan bagaimana Bernie dan Mama Heidi bertemu. Suatu malam, Bernie menemukan Mama sedang menggendong Heidi kecil yang menangis di lorong apartemen wanita itu. Seperti dijatuhkan dari langit, begitulah ungkapan Bernie kala itu. Dibesarkan Bernie selama dua belas tahun, Heidi terus digelayuti berbagai pertanyaan menyangkut siapa dirinya, keluarganya, dan dari mana asal mereka. Berawal dari kata misterius “soof” yang sering diucapkan Mamanya sampai suatu hari Ia menemukan kamera tua berisi foto-foto lama Mamanya di suatu tempat bernama Hilltop Home. Dalam foto-foto itu terdapat beberapa gambar Mamanya dan seorang wanita tua bersweter merah yang Ia duga sebagai neneknya. Ada pula gambar seorang laki-laki yang berambut berantakan namun kepalanya bertengger pada sudut yang aneh di leher kurusnya. Di salah satu foto, lelaki itu berdiri di sebelah Sinterklas yang melingkari pundaknya. Petunjuk awal dari sebuah pencarian jati diri. Setiap kali ditanyai soal foto-foto itu, Mamanya hanya mengatakan “soof”. Hal ini membuat Heidi semakin penasaran. Dalam mencari informasi masa lalu Mamanya, Heidi banyak dibantu oleh Bernie. Berulang kali Bernie menelpon dan mengirim surat ke Hilltop Home. Namun, selalu saja tak ditanggapi dengan serius.
Heidi pun memulai perjalanannya ke Liberty, New York, di mana Hilltop Home berada untuk mencari jawaban atas berbagai pertanyaan yang selama ini menjadi misteri baginya. Pada bagian ini, penulis memunculkan tokoh masa lalu seperti Thurman Hill-pemilik Hilltop Home dan Elliot-putra Thurman Hill yang cacat mental, dan beberapa tokoh tambahan seperti Ruby-pegawai Hilltop Home, Sally-pegawai Hilltop Home, dan Sherrif Roy Franklin-polisi/suami Ruby. Menguak misteri tentang Mamanya tak semudah yang Heidi kira. Thurman Hill-pemilik Hilltop Home bukanlah orang yang bersahabat ketika mendengar cerita Heidi. Dia bersikeras tak ada yang bernama It di Hilltop Home dan kenyataannya memang begitu. Dengan bantuan Ruby dan suaminya, akhirnya Thurman Hill bersedia menceritakan yang sebenarnya.
Diane Demuth adalah nama nenek Heidi-wanita tua bersweter merah dalam foto dan anaknya bernama Sophia, yang tak lain adalah Mama Heidi. Dalam dua belas tahun, inilah kali pertama Heidi mendengar nama Mamanya. Thurman Hill bercerita panjang lebar. Ketika itu, Diane-nenek Heidi datang kepadanya untuk meminta bantuan. Awalnya Ia menolak, tetapi akhirnya Ia mengizinkan Sophia-Mama Heidi tinggal di Hilltop atas dasar belas kasih. Sophia dibiarkan tinggal di Hilltop setahun lebih dan Diane-ibunya tidak dimintai biaya. Tingkah lakunya baik dan Ia memiliki sahabat yang tak lain adalah Elliot-putra Thurman Hill.
Heidi tersadar bahwa Elliot adalah lelaki dalam foto yang berdiri di samping Sinterklas, dan Sinterklas itu adalah Thurman Hill sendiri. Thurman Hill sangat bahagia karena Elliot tak pernah benar-benar memiliki teman.  Sampai suatu ketika, Diane memberi kabar bahwa Sophia hamil dan menuduh Elliot sebagai ayah si jabang bayi. Awalnya Thurman Hill tidak percaya karena tingkah mereka sendiri masih seperti anak-anak. Kemungkinan mereka menghasilkan anak normal sangat kecil. Oleh karena itu, Thurman Hill menyarankan agar kandungan Sophia digugurkan. Namun, Diane tetap bersikeras mempertahankan kandungan Sophia. Merekapun mengadakan perjanjian. Diane dan Sophia pergi ke Reno, yang sangat jauh dari Liberty. Mereka tidak boleh saling berhubungan sekalipun ketika bayi Sophia lahir. Thurman Hill setuju untuk memberinya uang lebih untuk menutupi biaya hidup mereka. Kepergian Sophia membuat Elliot frustasi. Selama tiga belas tahun Ia terus-terusan mengucapkan nama Sophia. Soof. Begitulah panggilan Elliot untuk Sophia. Ia tidak bisa melafalkan Sophia. Begitupun dengan Sophia. Ia memanggil dirinya sendiri, So be it-yang terjadi terjadilah. Mengenai keberadaan neneknya, Heidi akhirnya tahu bahwa neneknya telah meninggal ditabrak bus. Heidi mengira bahwa waktu tabrakan itu adalah tepat ketika Bernie menemukannya di lorong apartemen. Pada bagian ini, penulis menonjolkan alur flashback kembali.
Teka-teki masa lalu Mama akhirnya terungkap. Siapa Mama? Siapa Heidi? Siapa Elliot? Apa itu soof? Heidi telah memecahkannya. Berakhirnya teka-teki Mama ini juga menjadi berakhirnya hidup Mama. Tak berapa lama setelah pengakuan Thurman Hill, Bernie memberi kabar bahwa Mama meninggal karena sakit kepala yang teramat parah. Banyak hal yang berubah setelah Mama meninggal. Meskipun awalnya Heidi merasa sedih sepanjang tahun, tapi Bernie menyuruhnya merasakan apa yang Ia rasakan hingga Ia selesai merasakannya, dan meski belum bisa melupakannya, setelah beberapa waktu Ia pasti bisa mengatasinya.
Novel So B. It menggunakan sudut pandang orang pertama pelaku utama. “Aku” sebagai Heidi. Dengan begitu, ketika pembaca membaca novel ini, pembaca seakan-akan juga ikut merasakan bagaimana perjalanan Heidi-tokoh utama menguak tabir masa lalu Mamanya. Novel ini merupakan novel TeenLit “Young Adult” pertama yang ditulis oleh Sarah Weeks. Meskipun begitu, novel ini tetap mendapat apresiasi yang luar biasa dari pembaca yang kebanyakan dari kalangan remaja (teens).  Hal ini terbukti dengan beberapa penghargaan yang diperoleh oleh novel ini seperti ALA Best Book for Young Adults 2004 serta Booksense Parent’s Choice Gold Award 2004 menunjukkan bahwa novel ini merupakan novel yang spektakuler dan layak untuk dibaca. Novel ini memiliki judul yang sangat unik, yakni So B. It. Kesan pertama yang akan muncul ketika mendengar judul ini adalah penasaran. Apa itu So B. It? Tentu saja hal ini menambah keingintahuan pembaca untuk membaca novel ini.
Setiap adegan yang terjadi dalam novel ini sangatlah rinci dan berhubungan.  Ditambah lagi penggunaan bahasa yang mudah dipahami, sehingga pembaca bisa dengan mudah menangkap maksud cerita. Tokoh-tokoh yang diciptakan Sarah Weeks dalam novel ini memiliki karakter yang kuat. Sebagai contoh, Heidi-si tokoh utama. Dari awal cerita sudah nampak bahwa tokoh Heidi memiliki watak yang gigih, pemberani, dan memiliki rasa ingin tahu yang tinggi. Oleh karena itu, novel ini memang layak menjadi pilihan orang tua sebagai media untuk menumbuhkan minat baca anak-anak. Selain itu, makna atau amanat yang terkandung dalam novel ini juga dapat dijadikan sebagai sarana untuk membangun karakter anak atau remaja. Dengan cover yang berwarna calm and soft, jumlah halaman yang tidak terlalu tebal, dan harga yang cukup terjangkau tentu juga menambah daya tarik pembaca.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar