Menguak Tabir Masa Lalu Mama
Oleh : Defa Miftara Agustine (XI IPA
4/10)
Judul Buku : So B. It (Biarkan Berlalu)
Pengarang : Sarah Weeks
Penerbit : PT Gramedia Pustaka Utama, Jakarta
Cetakan : I, 2010
Tebal
(ukuran) : 208 halaman (20 x
13,5 cm)
Harga Buku : Rp 25.500,00
Novel So B. It merupakan
novel TeenLit terjemahan karangan Sarah Weeks kemudian dialihbahasakan oleh
Maria Intan R. dengan judul Biarkan Berlalu. Novel ini menceritakan tentang
perjalanan hidup seorang gadis berusia 12 tahun bernama Heidi yang dengan
tekadnya yang gigih mencari jati dirinya sendiri. Sejak kecil, Ia hanya tinggal
bersama sang Mama (So B. It) dan tetangganya (Bernadette)-yang mengidap agora
phobia atau A.P, yaitu perasaan takut meninggalkan rumah. Ia tidak tahu asal
usulnya dan siapa ayahnya. Mamanya sendiri mengidap kelainan mental dan hanya
mengenal 23 kata. Apartemen Heidi dan Mamanya bersebelahan dengan apartemen
Bernie-sapaan akrab Bernadette.
Dengan menggunakan alur
flashback, pengarang menceritakan bagaimana Bernie dan Mama Heidi bertemu. Suatu
malam, Bernie menemukan Mama sedang menggendong Heidi kecil yang menangis di
lorong apartemen wanita itu. Seperti dijatuhkan dari langit, begitulah ungkapan
Bernie kala itu. Dibesarkan Bernie selama dua belas tahun, Heidi terus
digelayuti berbagai pertanyaan menyangkut siapa dirinya, keluarganya, dan dari
mana asal mereka. Berawal dari kata misterius “soof” yang sering diucapkan
Mamanya sampai suatu hari Ia menemukan kamera tua berisi foto-foto lama Mamanya
di suatu tempat bernama Hilltop Home. Dalam foto-foto itu terdapat beberapa
gambar Mamanya dan seorang wanita tua bersweter merah yang Ia duga sebagai
neneknya. Ada pula gambar seorang laki-laki yang berambut berantakan namun
kepalanya bertengger pada sudut yang aneh di leher kurusnya. Di salah satu
foto, lelaki itu berdiri di sebelah Sinterklas yang melingkari pundaknya.
Petunjuk awal dari sebuah pencarian jati diri. Setiap kali ditanyai soal
foto-foto itu, Mamanya hanya mengatakan “soof”. Hal ini membuat Heidi semakin
penasaran. Dalam mencari informasi masa lalu Mamanya, Heidi banyak dibantu oleh
Bernie. Berulang kali Bernie menelpon dan mengirim surat ke Hilltop Home.
Namun, selalu saja tak ditanggapi dengan serius.
Heidi pun memulai
perjalanannya ke Liberty, New York, di mana Hilltop Home berada untuk mencari
jawaban atas berbagai pertanyaan yang selama ini menjadi misteri baginya. Pada
bagian ini, penulis memunculkan tokoh masa lalu seperti Thurman Hill-pemilik
Hilltop Home dan Elliot-putra Thurman Hill yang cacat mental, dan beberapa
tokoh tambahan seperti Ruby-pegawai Hilltop Home, Sally-pegawai Hilltop Home,
dan Sherrif Roy Franklin-polisi/suami Ruby. Menguak misteri tentang Mamanya tak
semudah yang Heidi kira. Thurman Hill-pemilik Hilltop Home bukanlah orang yang
bersahabat ketika mendengar cerita Heidi. Dia bersikeras tak ada yang bernama
It di Hilltop Home dan kenyataannya memang begitu. Dengan bantuan Ruby dan
suaminya, akhirnya Thurman Hill bersedia menceritakan yang sebenarnya.
Diane Demuth adalah nama
nenek Heidi-wanita tua bersweter merah dalam foto dan anaknya bernama Sophia,
yang tak lain adalah Mama Heidi. Dalam dua belas tahun, inilah kali pertama
Heidi mendengar nama Mamanya. Thurman Hill bercerita panjang lebar. Ketika itu,
Diane-nenek Heidi datang kepadanya untuk meminta bantuan. Awalnya Ia menolak,
tetapi akhirnya Ia mengizinkan Sophia-Mama Heidi tinggal di Hilltop atas dasar
belas kasih. Sophia dibiarkan tinggal di Hilltop setahun lebih dan Diane-ibunya
tidak dimintai biaya. Tingkah lakunya baik dan Ia memiliki sahabat yang tak
lain adalah Elliot-putra Thurman Hill.
Heidi tersadar bahwa
Elliot adalah lelaki dalam foto yang berdiri di samping Sinterklas, dan
Sinterklas itu adalah Thurman Hill sendiri. Thurman Hill sangat bahagia karena
Elliot tak pernah benar-benar memiliki teman.
Sampai suatu ketika, Diane memberi kabar bahwa Sophia hamil dan menuduh
Elliot sebagai ayah si jabang bayi. Awalnya Thurman Hill tidak percaya karena
tingkah mereka sendiri masih seperti anak-anak. Kemungkinan mereka menghasilkan
anak normal sangat kecil. Oleh karena itu, Thurman Hill menyarankan agar
kandungan Sophia digugurkan. Namun, Diane tetap bersikeras mempertahankan
kandungan Sophia. Merekapun mengadakan perjanjian. Diane dan Sophia pergi ke
Reno, yang sangat jauh dari Liberty. Mereka tidak boleh saling berhubungan
sekalipun ketika bayi Sophia lahir. Thurman Hill setuju untuk memberinya uang
lebih untuk menutupi biaya hidup mereka. Kepergian Sophia membuat Elliot
frustasi. Selama tiga belas tahun Ia terus-terusan mengucapkan nama Sophia.
Soof. Begitulah panggilan Elliot untuk Sophia. Ia tidak bisa melafalkan Sophia.
Begitupun dengan Sophia. Ia memanggil dirinya sendiri, So be it-yang terjadi
terjadilah. Mengenai keberadaan neneknya, Heidi akhirnya tahu bahwa neneknya
telah meninggal ditabrak bus. Heidi mengira bahwa waktu tabrakan itu adalah
tepat ketika Bernie menemukannya di lorong apartemen. Pada bagian ini, penulis
menonjolkan alur flashback kembali.
Teka-teki masa lalu Mama
akhirnya terungkap. Siapa Mama? Siapa Heidi? Siapa Elliot? Apa itu soof? Heidi
telah memecahkannya. Berakhirnya teka-teki Mama ini juga menjadi berakhirnya
hidup Mama. Tak berapa lama setelah pengakuan Thurman Hill, Bernie memberi
kabar bahwa Mama meninggal karena sakit kepala yang teramat parah. Banyak hal
yang berubah setelah Mama meninggal. Meskipun awalnya Heidi merasa sedih
sepanjang tahun, tapi Bernie menyuruhnya merasakan apa yang Ia rasakan hingga
Ia selesai merasakannya, dan meski belum bisa melupakannya, setelah beberapa
waktu Ia pasti bisa mengatasinya.
Novel So B. It
menggunakan sudut pandang orang pertama pelaku utama. “Aku” sebagai Heidi.
Dengan begitu, ketika pembaca membaca novel ini, pembaca seakan-akan juga ikut
merasakan bagaimana perjalanan Heidi-tokoh utama menguak tabir masa lalu Mamanya.
Novel ini merupakan novel TeenLit “Young Adult” pertama yang ditulis
oleh Sarah Weeks. Meskipun begitu, novel ini tetap mendapat apresiasi yang luar
biasa dari pembaca yang kebanyakan dari kalangan remaja (teens). Hal ini terbukti dengan beberapa penghargaan
yang diperoleh oleh novel ini seperti ALA Best Book for Young Adults 2004
serta Booksense Parent’s Choice Gold Award 2004 menunjukkan bahwa novel
ini merupakan novel yang spektakuler dan layak untuk dibaca. Novel ini memiliki
judul yang sangat unik, yakni So B. It. Kesan pertama yang akan muncul ketika
mendengar judul ini adalah penasaran. Apa itu So B. It? Tentu saja hal ini
menambah keingintahuan pembaca untuk membaca novel ini.
Setiap adegan yang
terjadi dalam novel ini sangatlah rinci dan berhubungan. Ditambah lagi penggunaan bahasa yang mudah
dipahami, sehingga pembaca bisa dengan mudah menangkap maksud cerita.
Tokoh-tokoh yang diciptakan Sarah Weeks dalam novel ini memiliki karakter yang
kuat. Sebagai contoh, Heidi-si tokoh utama. Dari awal cerita sudah nampak bahwa
tokoh Heidi memiliki watak yang gigih, pemberani, dan memiliki rasa ingin tahu
yang tinggi. Oleh karena itu, novel ini memang layak menjadi pilihan orang tua
sebagai media untuk menumbuhkan minat baca anak-anak. Selain itu, makna atau
amanat yang terkandung dalam novel ini juga dapat dijadikan sebagai sarana
untuk membangun karakter anak atau remaja. Dengan cover yang berwarna calm
and soft, jumlah halaman yang tidak terlalu tebal, dan harga yang cukup
terjangkau tentu juga menambah daya tarik pembaca.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar