Rabu, 17 Oktober 2012

Aku Ingin Cinta yang Halal di Mata Allah

Semua perasaan condong kepadanya, perbuatan haram pun terjadi karenanya. Mengundang terjadinya pembunuhan permusuhan disebabkan karenanya. Sekurang-kurangnya ia sebagai insan yang disukai di dunia. Kerusakan mana yang lebih besar daripada ini?
Begitulah Al Imam Al Mubarakfuri rahimahullah menjelaskan tentang bahaya fitnah (godaan/cobaan) wanita dalam At Tuhfah Al Ahwadzi 8/53.
Kaum Muslimin rahimakumullah, jauh sebelumnya Allah Subhanahu wa Ta'ala menyatakan bahwa fitnah yang paling besar adalah wanita, bahkan ia sebagai sumber syahwat. Allah Subhanahu wa Ta'ala berfirman : “Dijadikan indah pada (pandangan) manusia kecintaan kepada apa-apa yang diingini, yaitu wanita-wanita … .” (QS. Ali Imran : 14)
Rasulullah Shallallahu 'Alaihi Wa Sallam memberikan peringatan dari fitnahnya sebagaimana yang diriwayatkan dalam Shahih Muslim dari shahabat Abu Said Al Khudri radliyallahu 'anhu, beliau bersabda : “Hati-hatilah terhadap dunia dan hati-hatilah terhadap wanita karena sesungguhnya fitnah yang pertama kali menimpa Bani Israil adalah wanita.”
Pada riwayat lain dalam Shahih Muslim dari shahabat Jabir, Rasulullah Shallallahu 'Alaihi Wa Sallam mengisyaratkan dengan sabdanya : “Sesungguhnya wanita menghadap dalam bentuk syaithan dan membelakang dalam bentuk syaithan.”
Kaum Muslimin rahimakumullah, demikianlah memang agama Allah datang untuk mengatur semua urusan manusia, membimbing para pemeluknya kepada yang membuat maslahat, dan menjaga kepada apa yang akan menjerumuskannya kepada kemudlaratan sehingga kita mendapatkan Allah memperingatkan dari ajakan-ajakan syaithan. Allah Subhanahu wa Ta'ala berfirman : “Wahai Bani Adam, janganlah sekali-kali kamu dapat ditipu oleh syaithan sebagaimana ia telah mengeluarkan kedua ibu bapakmu dari Surga, ia menanggalkan dari keduanya pakaiannya untuk memperlihatkan kepada keduanya auratnya. Sesungguhnya ia dan pengikut-pengikutnya melihat kamu dari suatu tempat yang kamu tidak bisa melihat mereka. Sesungguhnya Kami telah menjadikan syaithan-syaithan itu pemimpin-pemimpin bagi orang-orang yang tidak beriman.” (QS. Al A’raf : 27)
Para wanita menyerupai syaithan karena ia sebagai penyebab timbulnya fitnah bagi laki-laki seperti pernyataan Rasulullah Shallallahu 'Alaihi Wa Sallam di atas. Oleh karena itu hendaklah para wanita bertakwa kepada Allah dengan menjaga dirinya dan menjaga kaum lelaki dari fitnah yang ditimbulkan karenanya. Ketahuilah bahwa Islam telah datang dengan menjelaskan kedudukan para wanita. Di antara yang menunjukkan hal itu adalah :
1.           Persamaan dalam hal penciptaan dengan laki-laki. Allah Subhanahu wa Ta'ala berfirman : “Dan di antara tanda-tanda kekuasaan-Nya adalah Dia menciptakan untukmu istri-istri dari jenismu sendiri supaya kamu cenderung dan merasa tenteram kepadanya dan dijadikan-Nya di antara kamu rasa kasih sayang. Sesungguhnya pada yang demikian itu terdapat tanda-tanda bagi kaum yang berfikir.” (QS. Ar Rum : 21)
2.           Persamaan dalam mendapatkan pahala atas amal shalih. Allah berfirman : “Maka Rabb mereka memperkenankan permohonannya (dengan berfirman) : “Sesungguhnya Aku tidak menyia-nyiakan amal orang-orang yang beramal di antara kamu baik laki-laki maupun perempuan (karena) sebagian kamu adalah turunan sebagian yang lain … .” (QS. Ali Imran : 195). Allah juga berfirman : “Barangsiapa yang mengerjakan amal shalih baik laki-laki maupun perempuan dalam keadaan beriman, maka sesungguhnya akan Kami berikan kepadanya kehidupan yang baik … .” (QS. An Nahl : 97)
3.           Persamaan dalam hal hak mendapatkan warisan. Sekalipun hak warisan laki-laki lebih darinya ini hanyalah hikmah yang terkandung di dalamnya. Berkata Al Imam As Syinkithi dalam Adlwa’ul Bayan 1/308 pada firman Allah : “Allah mensyariatkan bagimu tentang (pembagian pusaka untuk) anak-anakmu, yaitu bagian seorang anak lelaki sama dengan bagian dua anak perempuan … .” (QS. An Nisa : 11). Allah tidak menjelaskan dalam ayat ini hikmah dilebihkannya laki-laki atas perempuan dalam hal warisan padahal keduanya sama dalam hal kekerabatan. Akan tetapi Allah mengisyaratkan yang demikian itu di tempat lain, yaitu firman-Nya : “Kaum laki-laki adalah pemimpin bagi kaum wanita oleh karena Allah telah melebihkan sebagian mereka (laki-laki) atas sebagian yang lain (wanita) dan karena mereka (laki-laki) telah menafkahkan sebagian dari harta-harta mereka … .” (QS. An Nisa’ : 34)
4.           Hak untuk mendapatkan perlakuan dan pergaulan yang baik. Allah Subhanahu wa Ta'ala berfirman : “Apabila kamu mentalak istri-istrimu lalu mereka mendekati akhir iddahnya maka rujukilah mereka dengan cara yang ma’ruf atau ceraikanlah mereka dengan cara yang ma’ruf pula. Janganlah kamu merujuki mereka untuk memberi kemudlaratan karena dengan demikian kamu menganiaya mereka … .” (QS. Al Baqarah : 231). Allah Subhanahu wa Ta'ala juga berfirman : “ … dan bergaullah dengan mereka secara patut … .” (QS. An Nisa’ : 19). Masih banyak keterangan-keterangan tentang kedudukan wanita yang bersangkutan dengan hak-haknya dan kewajibannya. Yang ini semua menunjukkan betapa besar perhatian Islam terhadap kaum wanita, bahkan Allah mengkhususkan khithab untuknya dalam beberapa ayat dalam Al Qur’an. Sesungguhnya ini adalah rahmat Allah untuk mereka, Allah menjaga mereka dengan syariat-Nya, dan mensucikan mereka dari kotoran-kotoran jahiliyah.
Pertama : Syariat memerintahkan wanita untuk tinggal di rumahnya. Allah Subhanahu wa Ta'ala berfirman : “Dan hendaklah kalian tetap di rumah kalian … .” (QS. Al Ahzab : 33).
Sama sekali ini tidak berarti dhalim terhadap wanita, atau penjara, ataupun mengurangi kebebasannya. Allah lebih mengetahui kemaslahatan hamba-Nya. Sesungguhnya dengan tinggalnya para wanita di rumah-rumahnya maka ia dapat mengurusi urusan rumahnya, menunaikan hak-hak suaminya, mendidik anaknya, dan memperbanyak melakukan hal-hal baik lainnya.
Adapun keluar rumah maka hukum asalnya adalah mubah kecuali jika dalam bermaksiat kepada Allah maka hukumnya haram.
Kedua : Syariat melarang mereka bertabaruj, yaitu berhias di hadapan selain mahramnya. Allah Subhanahu wa Ta'ala berfirman : “ … dan janganlah kalian berhias dan bertingkah laku seperti orang-orang jahiliyah yang dahulu … .” (QS. Al Ahzab : 33)
Ketiga : Mereka dilarang berbicara dengan suara yang mendayu-dayu yang dapat mengundang fitnah. Allah Subhanahu wa Ta'ala berfirman : “ … maka janganlah kamu tunduk dalam berbicara sehingga berkeinginanlah orang yang ada penyakit di hatinya dan ucapkanlah perkataan yang baik.” (QS. Al Ahzab : 32)
Keempat : Mereka dilarang keluar rumah dengan memakai wangi-wangian. Rasulullah Shallallahu 'Alaihi Wa Sallam bersabda : “Wanita mana saja yang memakai wangi-wangian kemudian lewat di suatu kaum supaya mereka mendapatkan bau harumnya maka ia telah berzina.” (HR. Ahmad dari shahabat Abu Musa Al Asy’ari radliyallahu 'anhu). Bahkan dalam riwayat Muslim dari shahabat Abu Hurairah radliyallahu 'anhu, Rasulullah Shallallahu 'Alaihi Wa Sallam bersabda : “Wanita mana saja yang memakai bukhur (sejenis wangi-wangian) tidak diperkenankan untuk shalat Isya’ di malam hari bersama kami.” Tidak diragukan lagi bahwa shalat berjamaah memiliki keutamaan 27 derajat atas shalat sendirian. Walau demikian Rasulullah Shallallahu 'Alaihi Wa Sallam melarang para wanita untuk shalat Isya’ jika mereka memakai wangi-wangian, hal ini menjaga supaya tidak terjadi fitnah.
Kelima : Mereka dilarang untuk berdua-duaan dengan lelaki yang bukan mahramnya, demikian pula sebaliknya Rasulullah Shallallahu 'Alaihi Wa Sallam bersabda : “Tidak boleh seorang laki-laki berkhalwat (menyendiri/berduaan) dengan seorang wanita kecuali dengan mahramnya.” (HR. Muttafaq ‘alaihi dari shahabat Ibnu Abbas radliyallahu 'anhuma)
Maka wajib atas kaum wanita menjaga kehormatannya dan janganlah membalas nikmat Allah dengan kekufuran, wal iyyadzubillah. Seyogyanya bagi seorang Muslim atau Muslimah untuk tidak memiliki pendapat atau kebebasan setelah tetap hukum Allah dan Rasul-Nya. Karena sesungguhnya Islam tidak akan tegak pada diri seseorang kecuali dengan tunduk dan patuh. Allah Subhanahu wa Ta'ala berfirman : “Dan tidak patut bagi laki-laki Mukmin dan tidak pula bagi wanita Mukminah apabila Allah dan Rasul-Nya telah menetapkan suatu ketetapan akan ada bagi mereka pilihan yang lain tentang urusan mereka. Dan barangsiapa yang mendurhakai Allah dan Rasul-Nya maka sungguh dia telah sesat, sesat yang nyata.” (QS. Al Ahzab : 36)
Wal Ilmu Indallah.


Aku merindukanMu, Ya Robb...

Makkatul Mukarromah
Aku merindukanMu ya Robb…
Biarkan aku lebih dekat denganMu dengan Kau mudahkan segala urusanku…
Mudahkan jalan untuk menuju rumahMu yang suci…

Selasa, 16 Oktober 2012

Resensi Novel


Menguak Tabir Masa Lalu Mama
Oleh : Defa Miftara Agustine (XI IPA 4/10)



Judul Buku       : So B. It (Biarkan Berlalu)
Pengarang        : Sarah Weeks
Penerbit           : PT Gramedia Pustaka Utama, Jakarta                                       
Cetakan           : I, 2010
Tebal (ukuran)  : 208 halaman (20 x 13,5 cm)
Harga Buku     : Rp 25.500,00

Novel So B. It merupakan novel TeenLit terjemahan karangan Sarah Weeks kemudian dialihbahasakan oleh Maria Intan R. dengan judul Biarkan Berlalu. Novel ini menceritakan tentang perjalanan hidup seorang gadis berusia 12 tahun bernama Heidi yang dengan tekadnya yang gigih mencari jati dirinya sendiri. Sejak kecil, Ia hanya tinggal bersama sang Mama (So B. It) dan tetangganya (Bernadette)-yang mengidap agora phobia atau A.P, yaitu perasaan takut meninggalkan rumah. Ia tidak tahu asal usulnya dan siapa ayahnya. Mamanya sendiri mengidap kelainan mental dan hanya mengenal 23 kata. Apartemen Heidi dan Mamanya bersebelahan dengan apartemen Bernie-sapaan akrab Bernadette.
Dengan menggunakan alur flashback, pengarang menceritakan bagaimana Bernie dan Mama Heidi bertemu. Suatu malam, Bernie menemukan Mama sedang menggendong Heidi kecil yang menangis di lorong apartemen wanita itu. Seperti dijatuhkan dari langit, begitulah ungkapan Bernie kala itu. Dibesarkan Bernie selama dua belas tahun, Heidi terus digelayuti berbagai pertanyaan menyangkut siapa dirinya, keluarganya, dan dari mana asal mereka. Berawal dari kata misterius “soof” yang sering diucapkan Mamanya sampai suatu hari Ia menemukan kamera tua berisi foto-foto lama Mamanya di suatu tempat bernama Hilltop Home. Dalam foto-foto itu terdapat beberapa gambar Mamanya dan seorang wanita tua bersweter merah yang Ia duga sebagai neneknya. Ada pula gambar seorang laki-laki yang berambut berantakan namun kepalanya bertengger pada sudut yang aneh di leher kurusnya. Di salah satu foto, lelaki itu berdiri di sebelah Sinterklas yang melingkari pundaknya. Petunjuk awal dari sebuah pencarian jati diri. Setiap kali ditanyai soal foto-foto itu, Mamanya hanya mengatakan “soof”. Hal ini membuat Heidi semakin penasaran. Dalam mencari informasi masa lalu Mamanya, Heidi banyak dibantu oleh Bernie. Berulang kali Bernie menelpon dan mengirim surat ke Hilltop Home. Namun, selalu saja tak ditanggapi dengan serius.
Heidi pun memulai perjalanannya ke Liberty, New York, di mana Hilltop Home berada untuk mencari jawaban atas berbagai pertanyaan yang selama ini menjadi misteri baginya. Pada bagian ini, penulis memunculkan tokoh masa lalu seperti Thurman Hill-pemilik Hilltop Home dan Elliot-putra Thurman Hill yang cacat mental, dan beberapa tokoh tambahan seperti Ruby-pegawai Hilltop Home, Sally-pegawai Hilltop Home, dan Sherrif Roy Franklin-polisi/suami Ruby. Menguak misteri tentang Mamanya tak semudah yang Heidi kira. Thurman Hill-pemilik Hilltop Home bukanlah orang yang bersahabat ketika mendengar cerita Heidi. Dia bersikeras tak ada yang bernama It di Hilltop Home dan kenyataannya memang begitu. Dengan bantuan Ruby dan suaminya, akhirnya Thurman Hill bersedia menceritakan yang sebenarnya.
Diane Demuth adalah nama nenek Heidi-wanita tua bersweter merah dalam foto dan anaknya bernama Sophia, yang tak lain adalah Mama Heidi. Dalam dua belas tahun, inilah kali pertama Heidi mendengar nama Mamanya. Thurman Hill bercerita panjang lebar. Ketika itu, Diane-nenek Heidi datang kepadanya untuk meminta bantuan. Awalnya Ia menolak, tetapi akhirnya Ia mengizinkan Sophia-Mama Heidi tinggal di Hilltop atas dasar belas kasih. Sophia dibiarkan tinggal di Hilltop setahun lebih dan Diane-ibunya tidak dimintai biaya. Tingkah lakunya baik dan Ia memiliki sahabat yang tak lain adalah Elliot-putra Thurman Hill.
Heidi tersadar bahwa Elliot adalah lelaki dalam foto yang berdiri di samping Sinterklas, dan Sinterklas itu adalah Thurman Hill sendiri. Thurman Hill sangat bahagia karena Elliot tak pernah benar-benar memiliki teman.  Sampai suatu ketika, Diane memberi kabar bahwa Sophia hamil dan menuduh Elliot sebagai ayah si jabang bayi. Awalnya Thurman Hill tidak percaya karena tingkah mereka sendiri masih seperti anak-anak. Kemungkinan mereka menghasilkan anak normal sangat kecil. Oleh karena itu, Thurman Hill menyarankan agar kandungan Sophia digugurkan. Namun, Diane tetap bersikeras mempertahankan kandungan Sophia. Merekapun mengadakan perjanjian. Diane dan Sophia pergi ke Reno, yang sangat jauh dari Liberty. Mereka tidak boleh saling berhubungan sekalipun ketika bayi Sophia lahir. Thurman Hill setuju untuk memberinya uang lebih untuk menutupi biaya hidup mereka. Kepergian Sophia membuat Elliot frustasi. Selama tiga belas tahun Ia terus-terusan mengucapkan nama Sophia. Soof. Begitulah panggilan Elliot untuk Sophia. Ia tidak bisa melafalkan Sophia. Begitupun dengan Sophia. Ia memanggil dirinya sendiri, So be it-yang terjadi terjadilah. Mengenai keberadaan neneknya, Heidi akhirnya tahu bahwa neneknya telah meninggal ditabrak bus. Heidi mengira bahwa waktu tabrakan itu adalah tepat ketika Bernie menemukannya di lorong apartemen. Pada bagian ini, penulis menonjolkan alur flashback kembali.
Teka-teki masa lalu Mama akhirnya terungkap. Siapa Mama? Siapa Heidi? Siapa Elliot? Apa itu soof? Heidi telah memecahkannya. Berakhirnya teka-teki Mama ini juga menjadi berakhirnya hidup Mama. Tak berapa lama setelah pengakuan Thurman Hill, Bernie memberi kabar bahwa Mama meninggal karena sakit kepala yang teramat parah. Banyak hal yang berubah setelah Mama meninggal. Meskipun awalnya Heidi merasa sedih sepanjang tahun, tapi Bernie menyuruhnya merasakan apa yang Ia rasakan hingga Ia selesai merasakannya, dan meski belum bisa melupakannya, setelah beberapa waktu Ia pasti bisa mengatasinya.
Novel So B. It menggunakan sudut pandang orang pertama pelaku utama. “Aku” sebagai Heidi. Dengan begitu, ketika pembaca membaca novel ini, pembaca seakan-akan juga ikut merasakan bagaimana perjalanan Heidi-tokoh utama menguak tabir masa lalu Mamanya. Novel ini merupakan novel TeenLit “Young Adult” pertama yang ditulis oleh Sarah Weeks. Meskipun begitu, novel ini tetap mendapat apresiasi yang luar biasa dari pembaca yang kebanyakan dari kalangan remaja (teens).  Hal ini terbukti dengan beberapa penghargaan yang diperoleh oleh novel ini seperti ALA Best Book for Young Adults 2004 serta Booksense Parent’s Choice Gold Award 2004 menunjukkan bahwa novel ini merupakan novel yang spektakuler dan layak untuk dibaca. Novel ini memiliki judul yang sangat unik, yakni So B. It. Kesan pertama yang akan muncul ketika mendengar judul ini adalah penasaran. Apa itu So B. It? Tentu saja hal ini menambah keingintahuan pembaca untuk membaca novel ini.
Setiap adegan yang terjadi dalam novel ini sangatlah rinci dan berhubungan.  Ditambah lagi penggunaan bahasa yang mudah dipahami, sehingga pembaca bisa dengan mudah menangkap maksud cerita. Tokoh-tokoh yang diciptakan Sarah Weeks dalam novel ini memiliki karakter yang kuat. Sebagai contoh, Heidi-si tokoh utama. Dari awal cerita sudah nampak bahwa tokoh Heidi memiliki watak yang gigih, pemberani, dan memiliki rasa ingin tahu yang tinggi. Oleh karena itu, novel ini memang layak menjadi pilihan orang tua sebagai media untuk menumbuhkan minat baca anak-anak. Selain itu, makna atau amanat yang terkandung dalam novel ini juga dapat dijadikan sebagai sarana untuk membangun karakter anak atau remaja. Dengan cover yang berwarna calm and soft, jumlah halaman yang tidak terlalu tebal, dan harga yang cukup terjangkau tentu juga menambah daya tarik pembaca.